Sudah lama saya berhenti untuk menulis seri ini, karena memang saya berniat untuk tidak merasa sendiri lagi, tidak merasa bahwa saya orang paling menderita di dunia ini. Namun ternyata, bertahan hampir dua tahun, sepertinya sudah terlalu berat.
Tulisan saya kali ini saya tulis dengan berbagai emosi yang ada di otak. Semua bercampur menjadi rumit, saya tidak bisa menguraikan satu-satu sehingga saya tuangkan di sini. Ingin rasanya saya bertemu dengan mu lagi, hai orang yang beberapa hari ini kembali menghantui hidup saya lagi.
Jujur, saya tidak tahu harus bercerita kepada siapa, karena disini saya belum menemukan orang sepertimu, hai orang yang beberapa hari ini kembali lagi ke pikiran saya. Ingin saya menghubungimu dan menceritakan semua nya, namun sepertinya tidak mungkin, karena akan aneh jika tiba-tiba saya menghubungimu dan menceritakan yang pasti akan membuat mu terdiam untuk sesaat. Namun anehnya, jika kamu menghubungi saya secara tiba-tiba beberapa hari ini itu terasa wajar, ya karena ada suatu kepentingan.
Saya ingin berbicara dengan mu lagi namun tidak karena perihal kepentingan ini saja, hai orang yang beberapa hari ini kembali lagi ke setiap hembusan nafas saya. Sudah pernah saya katakan, orang paling nyaman yang pernah saya temui untuk berbicara, untuk ngobrol adalah kamu. Bercerita berbagai hal terasa empuk disantap kuping kanan dan kiri saya, berbaur dengan rasa renyah diotak saya. Entah magic apa yang sudah membuat saya terpikat dengan pembicaraan dengan mu. Entah magic itu berasal dari suara biru lembayung mu itu atau memang caramu untuk mengolah tekstur keras kata demi kata begitu apik?
Mungkin ini bukan hanya masalah di otak saya saja, sudah merambat ke dalam hati saya juga, terulang kembali. Kembali lagi merasakan rasa ini, bukan rasa renyah seperti dulu, sekarang ini lebih renyah lagi, hancur. Hai orang yang beberapa hari ini kembali lagi ke setiap denyutan darah di dalam nadi saya, hati saya ini sudah tak memiliki indera perasa lagi. Semua hambar. Setiap ada seseorang yang mengetuk hati saya, tak ada rasa renyah dan empuk seperti ketika kamu mengetuk hati saya dulu. Hati-hati dengan hati. Hati saya bukan untuk orang lain. Masih untukmu, hai orang yang beberapa hari ini kembali lagi ke setiap malam dalam mimpi saya. Sayang, ketika kamu mencoba untuk mengetuknya sekali lagi, sudah terlambat. Perasa hati beserta isi hati saya sudah habis saya berikan kepadamu dua tahun lalu.
Ketika saya sendiri, saya berpikir, apa yang kamu lakukan ketika kamu sendiri? Yah, mungkin kamu melakukan hal yang membuatmu bahagia, tidak seperti saya selalu memikirkan dan menghayalkan seseorang yang sudah lama menghilang, dan tiba-tiba kembali lagi, hai orang yang beberapa hari ini kembali lagi ke setiap lamunan saya.
😥