Tugas Bahasa Indonesia :
- Cari cerita tentang :
- Roro Jonggrang
- Tangkuban Perahu
- Layang Sari
Buat menjadi alur Flash Back (alur mundur) dan ketik dengan komputer!
Ahirnya saya memilih Legenda Tangkuban Perahu. Beikut isi tugas saya :
Tersebutlah seorang pemuda gagah dan tampan yang bernama Sangkuriang. Ia ingin sekali pulang ke kampung halamannya, namun ia takut akan kemarahan ibunya puluhan tahun silam. Namun tak apalah, mungkin ibu sudah memafkanku atau bahkan beliau sudah wafat. Sangkuriang sangat terkejut sekali, melihat kampung halamannya sudah berubah total setelah berpuluh-puluh tahun ia mengembara. Rasa senang Sangkuriang tersebut bertambah ketika saat di tengah jalan bertemu dengan seorang wanita yang sangat cantik jelita, yang tidak lain adalah Dayang Sumbi. Karena terpesona dengan kecantikan wanita tersebut, maka Sangkuriang langsung melamarnya. Karena Dayang Sumbi juga punya rasa yang sama kepada Sangkuriang, maka lamaran Sangkuriang diterima oleh Dayang Sumbi dengan senang hati, dan mereka sepakat akan menikah di waktu dekat.
Hingga ketika suatu hari, Sangkuriang meminta izin kepada Dayang Sumbi untuk berburu di hatan. Sebelum berangkat, ia meminta calon istrinya itu untuk merapikan ikat kapalanya. Alangkah terkejutnya si Dayang Sumbi, karena pada saat dia merapikan ikat kepala Sangkuriang, ia melihat ada bekas luka. Bekas luka tersebut seperti tak asing bagi Dayang Sumbi karena sangat mirip dengan bekas luka anaknya. Dengan adanya kejadian tersebut Dayang Sumbi pun menjadi teringat masa lalunya dengan anaknya dulu.
Beribu-ribu tahun yang lalu diceritakan bahwa seorang raja bernama Raja Sungging Perbangkara pergi berburu. Di tengah hutan Sang Raja membuang air seni yang tertampung dalam daun caring. Ternyata ada seekor babi hutan betina bernama Wayungyang yang tengah bertapa karena ingin menjadi manusia. Atas petunjuk sang Dewa, kemudian diminumlah air seni tadi. Wayungyang pun hamil dan melahirkan seorang bayi cantik. Bayi cantik itu kemudian dibawa ke keraton oleh Raja Sungging Perbangkara dan diberi nama Dayang Sumbi. Banyak para raja yang berebut untuk meminangnya, tetapi seorang pun tidak ada yang diterima.
Akhirnya para raja saling berperang antara sesamanya. Dayang Sumbi pun mengasingkan diri di sebuah bukit atas permitaannya sendiri dan ditemani seekor anjing jantan yaitu Si Tumang. Ketika sedang asyik bertenun, pintalan yang tengah digunakan bertenun kain terjatuh ke bawah. Dayang Sumbi karena merasa malas, terlontar ucapan tanpa dipikir dulu, dia berjanji siapapun yang mengambilkan pintalan yang terjatuh tadi. Apabila berjenis kelamin laki-laki, akan dijadikan suaminya dan jika perempuan maka akan dijadikannya saudara. Si Tumang mengambilkan pintalan dan diberikan kepada Dayang Sumbi. Dayang Sumbi sangat terkejut, kenapa harus Tumang sih? Dia kan hanya seekor anjing hitam dan bau. Namun karena ia telah bersumpah, maka Dayang Sumbi akhirnya menikahi Tumang dan melahirkan bayi laki-laki yang diberi nama Sangkuriang.
Sangkuriang pun tumbuh menjadi anak yang suka berburu. Hingga suatu saat Dayng Sumbi meminta kepada Sangkuriang untuk mencarikannya sepotong hati rusa.
“Wahai anakku.. maukah kamu mencarikan ibumi ini hati rusa?”, pinta sangi Ibu.
“Hati rusa? Hanya itukah yang ingin ibunda pinta dari anakmu ini? Apakah ingin kucarikan hati singa atau buaya? Untuk ibunda tersayang, semua akan aku lakukan.” jawab Sangkuriang.
“Tak usah anakku, ibu hanya menginginkan hati rusa saja. Rasanya ibu ingin sekali makan hati rusa, sudah lama ibu tidak makan hati rusa yang manis rasanya itu.”
“Baiklah ibu, hati rusa yang lezat akan segera aku bawakan untuk ibunda tercinta. Tumang, ayo ikut dengan ku. Kamu pasti sangat membantu saat berburu nanti”
Sangkuriang memang mempunyai seekor anjing peliharaan yang bernama Tumang. Tumang selalu menemani Sangkuriang jikalau ia sedang berburu. Sesampainya mereka di hutan, tak seekorpun rusa ia temui walaupun mereka sudah berputar-putar mengelilingi hutan sampai matahari pun mulai tergelincir ke barat. Sampai suatu saat Sangkuriang sangat senang, ia menemukan apa yang sedari tadi diincarnya itu. Kemudian ditariklah anak panah dari busurnya. Namun sial, rusa yang diincarnya tadi sangat lincah, berkali-kali anak panah dilepaskan namun tak satupun yang mengenai rusa itu. Sangkuriang sangat berambisi untuk mendapatkan rusa tersebut karena hari mulai malam. Pastilah kesal hati Sangkuriang karena tak kunjung didapatnya rusa tadi. Tanpa pikir panjang ia lepaskan anak panah dari busurnya menuju si Tumang yang sedang mengendus mencari bau rusa tadi. Dalam sekejap, darah berlinangan dari tubuh si Tumang dan matilah ia di tangan Sangkuriang.
“Ibu.. anakkmu datang membawa apa yang sangat ibu idamkan-idamkan.” Teriak sangkuriang saat kakinya menyentuh teras rumah.
“Akhirnya kamu pulang juga nak, ibu khawatir karena ini sudah larut malam tapi mana tumang? Kenapa tidak bersamamu?
“Tumang.. ehm.. Tumang tadi masih memakan sisa daging rusa yang aku bunuh tadi. Mungkin sebentar lagi ia sampai rumah.”
Segera dimasaknya daging yang didapat anaknya itu.
“Wah, enak sekali hati ini anakku. Ibu belum pernah makan hati rusa seenak hati yang kau dapat ini.”
“Anu bu.. Anu.. Sebenarnya..”
“Ada apa Sangkuriang? Sepertinya kamu gelisah.”
“Sebenarnya.. Sebenarnya hati itu bukan daging rusa, melainkan hati si Tumang.”
“Tu..Tumang? Dayang Sumbi langsung shock mendengar pernyataan dari anaknya itu. Bak Seratus jarum menusuk hati, dengan pelan Dayang Sumbi menarik nafas dalam-dalam. Mencoba agar statement anaknya tadi tidak bohong. Namun apa daya nasi sudah menjadi bubur, Tumang pun sudah jadi semur. Diambilnya sendok nasi dari atas meja lalu dengan sekejap memukulkannya ke kepala Sangkuriang dengan sangat hingga meninggalkan bekas luka.
“Durhaka kamu Sangkuriang! Kamu membunuh ayah kandungmu sendiri!” murka sang ibu kepada anaknya.
Sangkuriangpun tersungkur kesakitan sembaring berkata, “tidak mungkin! Ayahku bukan seekor anjing. Tidak! Tidak!”
Kemudian diusirnya Sangkuriang dari rumah itu. Dan menyuruhnya jangan kembali. Namun, sekejam-kejamnya seorang ibu, Dayang Sumbi malah merasa bersalah setelah kejadian itu. Ia berdoa setiap hari, dan meminta agar suatu hari dapat bertemu dengan anaknya kembali. Karena kesungguhan dari doa Dayang Sumbi tersebut, maka Dewa memberinya sebuah hadiah berupa kecantikan abadi dan usia muda selamanya.
“Hai Dayang Sumbi, mengapa kamu melamun saja?”
Ucapan Sangkuriang pun merusak lamunan Dayang Sumbi tadi. Kemudian ia menanyakan kepada Sangkuriang mengenai luka yang ada di kepalanya itu. Setelah bertanya kepada Sangkuriang tentang penyebab lukanya itu, Dayang Sumbi bertambah tekejut, karena ternyata benar bahwa calon suaminya tersebut adalah anaknya sendiri.
Dayang Sumbi sangat bingung sekali, karena dia tidak mungkin menikah dengan anaknya sendiri. Dayang Sumbi mencoba berbicara kepada Sangkuriang sepulang dari perburuannya. Dayang Sumbi ingin agar Sangkuriang membatalkan rencana pernikahan mereka berdua. Namun, permintaan Dayang Sumbi tersebut tidak digubris Sangkuriang, dan hanya dianggap sebagai angin lewat saja.
Setiap hari Dayang Sumbi memutar otak bagaimana cara agar pernikahan mereka tidak pernah terjadi. Setelah berfikir keras, akhirnya Dayang Sumbi menemukan cara terbaik. Dia mengajukan dua buah syarat kepada Sangkuriang. Apabila Sangkuriang dapat memenuhi kedua syarat tersebut, maka Dayang Sumbi mau dijadikan istri, tetapi sebaliknya jika Sangkuriang gagal maka pernikahan itu akan dibatalkan.
“Aku mau jadi istrimu, namun dengan dua syarat. Syarat yang pertama aku ingin supaya sungai Citarum dibendung. Dan yang kedua adalah, buatlah perahu yang sangat besar sehingga bisa kita pergunakan menyebrangi sungai, selain itu kapal itu nanti bisa kita pergunakan untuk bulan madu nanti. Kedua syarat itu harus diselesai sebelum fajar menyingsing” kata Dayang Sumbi dengan lantang.
“Aku setuju. Aku sanggup memenuhi persyaratan tersebut. Bersiaplah kau untuk menjadi Istriku Dayang Sumbi.” jawab Sangkuriang dengan pede nya.
Dengan keahlian kanuragan yang dimiliki Sangkuriang, ia lalu mengerahkan teman-temannya dari kaum lelembut untuk membantu menyelesaikan misi dari Dayang Sumbi tersebut. Ternyata diam-diam Dayang Sumbi mengintip hasil kerja dari Sangkuriang. Betapa terkejutnya dia, karena Sangkuriang hampir menyelesaiklan semua syarat yang diberikan Dayang Sumbi sebelum fajar. Dayang Sumbi khawatir jika ia menyelesaikan persyaratannya tadi. Kemudian ia mempunyai fikiran untuk menggagalkan pekerjaan Sangkuriang demi tidak terjadinya perkawinan sedarah ini.
Dayang Sumbi lalu meminta bantuan masyarakat sekitar. Kaum laki-laki diminta untuk menggelar kain sutera berwarna merah di sebelah timur kota. Sedangkan masyarakat wanita diminta untuk menumbuk padi seraya pagi sudah tiba. Ketika melihat warna memerah di timur kota, Sangkuriang mengira kalau hari sudah menjelang pagi. Sangkuriang langsung menghentikan pekerjaannya dan merasa tidak dapat memenuhi syarat yang telah diajukan oleh Dayang Sumbi.
Dengan rasa jengkel dan kecewa, Sangkuriang lalu menendang perahu besar yang telah dibuatnya tadi. Perahu raksasa itu melayang dan jatuh tertelungkup, lalu menjadi sebuah gunung yang kini biasa kita sebut dengan nama Tangkuban Perahu. Tidak jauh dari tempat itu terdapat tunggul pohon sisa dari tebangan Sangkuriang, sekarang kita mengenalnya sebagai Bukit Tunggul. Bendungan yang dibuat Sangkuriang menyebabkan seluruh bukit dipenuhi air dan membentuk sebuah danau dimana Sangkuriang dan Dayang Sumbi menenggelamkan diri dan tidak terdengar lagi kabarnya hingga kini.